Profil Ribathul Qur’an Wardatul Ishlah : Menumbuhkan Generasi Qur’ani yang Berkarakter dan Berdaya Guna - kangzainfuad.com

Jumat, 24 Oktober 2025

Profil Ribathul Qur’an Wardatul Ishlah : Menumbuhkan Generasi Qur’ani yang Berkarakter dan Berdaya Guna

Dokumen : Tadabur Alam di Parang Tejo Dau Kabupaten Malang, Sabtu-Ahad, 18-19 Oktober 2025
Ribathul Qur’an Wardatul Ishlah didirikan sebagai rumah bagi para santri yang ingin menapaki kehidupan yang lebih maslahat dan bermakna. Sejak dini, para santri dibimbing untuk menjadi pribadi yang berilmu, berakhlak, dan memiliki kepedulian sosial tinggi.

Melalui berbagai kegiatan yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat, para santri belajar menjadi bagian aktif dari lingkungan sekitar. Mereka mengajar anak-anak kampung membaca dan menulis Al-Qur’an, mengenalkan huruf demi huruf, kata demi kata, hingga menumbuhkan kecintaan mendalam terhadap Kalamullah.

Kegiatan kemasyarakatan tidak hanya terbatas bagi anak-anak. Para santriwati turut berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan bersama masyarakat seperti tahlilan, majelis dzikir, dan kegiatan sosial lainnya yang mempererat ukhuwah. Sementara itu, santri putra dibina melalui kegiatan seperti kerja bakti, pengajian umum, dan majelis ta’lim agar terbentuk kepekaan sosial dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat.


Menjawab Tantangan Era Hedonisme dan Generasi Instan

Di era modern yang serba cepat dan hedonistik, nilai-nilai spiritual dan perjuangan sering kali terpinggirkan. Generasi muda, termasuk generasi Muslim masa kini (Gen Z), kerap terpengaruh gaya hidup instan dan cenderung menghindari tantangan.

Ribathul Qur’an Wardatul Ishlah hadir untuk menumbuhkan mental tangguh, konsistensi, dan integritas dalam diri para santri. Mereka dididik agar siap menghadapi tantangan zaman dengan jiwa mandiri, disiplin, dan tanggung jawab terhadap amanah yang diemban.

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni)


Pembelajaran Real dan Berbasis Pengalaman

Sejak dini, santri diberikan pengalaman nyata dalam pengelolaan lembaga—mulai dari penyusunan kurikulum, perencanaan kegiatan anak-anak, hingga pelaksanaan program kemasyarakatan dan internal lembaga.
Pendekatan ini menanamkan nilai leadership, teamwork, dan problem-solving yang sangat penting di dunia nyata.

Model pembelajaran seperti ini sejalan dengan konsep “experiential learning” yang dikemukakan oleh David A. Kolb (1984), di mana proses belajar akan lebih bermakna ketika peserta didik terlibat langsung dalam pengalaman nyata dan refleksi mendalam.


Pondasi Ilmu dan Akhlak Melalui Kajian Kitab Kuning

Selain kegiatan sosial, para santri juga dibekali dengan ilmu agama melalui kajian kitab kuning, tasawuf, dan ilmu-ilmu Al-Qur’an. Tujuannya bukan hanya untuk memperdalam pengetahuan agama, tetapi juga membentuk akhlak yang mulia dan keseimbangan antara ilmu dan amal.

Sebagaimana dikatakan Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin:

“Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan.”

Dengan demikian, setiap langkah para santri diarahkan agar kokoh berlandaskan ilmu dan nilai-nilai Qur’ani dalam kehidupan sehari-hari.


Pengukuhan Santri Baru: Meneguhkan Niat dan Komitmen dalam Menuntut Ilmu

Sebagai bagian dari perjalanan pembinaan di Ribathul Qur’an Wardatul Ishlah, pengasuh lembaga, Ahmad Zain Fuad, secara resmi mengukuhkan delapan santri yang telah menempuh masa pembinaan selama tiga bulan (oprek).

Pengukuhan ini dilaksanakan di kawasan Parang Tejo, Dau – Malang, selama dua hari satu malam, dalam suasana penuh kekhidmatan dan kebersamaan. Kegiatan tersebut menjadi penanda berakhirnya masa pembinaan intensif sekaligus awal dari perjalanan baru para santri untuk menjadi insan Qur’ani yang matang secara spiritual, intelektual, dan sosial.

Dalam sambutannya, Ahmad Zain Fuad memberikan pesan mendalam kepada para santri agar senantiasa mengingat tujuan utama mereka datang ke Malang — yaitu menuntut ilmu.

“Jauh-jauh kalian datang ke Malang dengan meninggalkan keluarga dan orang tua, maka hendaknya sungguh-sungguhlah dalam belajar. Jadikan perjuangan ini sebagai jalan untuk membanggakan mereka,” pesan beliau dengan penuh ketulusan.

Namun beliau menegaskan bahwa belajar saja tidak cukup. Ilmu yang diperoleh harus diamalkan dalam kehidupan nyata agar menjadi cahaya yang menerangi diri dan orang lain.

“Di Wardatul Ishlah inilah tempat yang tepat untuk membangun diri sejak dini. Agar kelak kalian siap menjalani kehidupan, baik sebagai pribadi, anggota keluarga, maupun sebagai bagian dari masyarakat,” lanjutnya.

Lebih lanjut, pengasuh mengingatkan pentingnya istiqamah dalam menata niat, menjaga pergaulan, dan mengelola waktu dengan baik. Menurut beliau, waktu adalah amanah yang sangat berharga — apabila diatur dengan bijak, ia akan melahirkan keberkahan dan kemanfaatan dalam hidup.

Pesan ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-‘Ashr (103): 1–3:

“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.”


Penilaian dan Pembinaan Berkelanjutan

Selama masa oprek, para santri menjalani berbagai tahapan pembinaan, mulai dari pendalaman ilmu Al-Qur’an, kegiatan sosial, hingga pelatihan kepemimpinan dan tanggung jawab kelembagaan.

Dalam tahap akhir sebelum pengukuhan, para ustadz dan tokoh masyarakat turut memberikan penilaian terhadap calon santri, mencakup aspek pengetahuan, akhlak, kedisiplinan, kepedulian sosial, serta kemampuan berinteraksi dengan masyarakat.

Hal ini penting karena kelak para santri akan diterjunkan langsung menjadi pendidik dan penggerak di lembaga-lembaga di bawah binaan Ribathul Qur’an Wardatul Ishlah.

Sebagaimana falsafah yang dipegang lembaga ini:

“Mendidik dengan cinta, membimbing dengan ilmu, dan mengabdi dengan ketulusan.”


Penutup

Ribathul Qur’an Wardatul Ishlah bukan sekadar tempat menuntut ilmu, tetapi juga wadah pembentukan karakter dan pengabdian.
Melalui keseimbangan antara ilmu, amal, dan akhlak, lembaga ini berupaya melahirkan generasi Qur’ani yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual dan sosial.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Mujadilah: 11:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda