Idul Adha, dikenal juga sebagai Hari
Raya Kurban, adalah salah satu peristiwa penting yang dilakukan oleh segenap
umat Islam. Pada hari tersebut, umat Muslim di seluruh dunia merayakan dan
mengambil ibrah atas pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan menghormati tradisi ibadah
kurban.Peringatan Hari raya Idul Kurban
adalah ibadah yang dilakukan dengan menyembelih hewan kurban seperti sapi,
kambing, atau domba, sebagai bentuk penghormatan kepada Allah SWT. Ibadah
kurban ini dilakukan sebagai tindakan ibadah yang menggambarkan kesediaan dan
pengabdian seorang Muslim kepada Allah.
Kurban juga mencerminkan kesadaran dan
rasa syukur umat Muslim terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah dalam
kehidupan mereka. Sebagaimana firman dalam Q.S Al-Kautsar [108]: ayat 2;
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
Artinya:
"Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah."
Pelaksanaan Ibadah kurban memiliki
dasar hukum yang kuat dalam Islam. Hal ini didasarkan pada Al-Qur'an, di mana
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk mengurbankan putranya, Ismail AS,
sebagai ujian kepatuhan dan pengabdian.
Nabi Ibrahim adalah Sosok ayah yang sabar dan senantiasa ta'at pada perintah Allah swt, kesabaranya dalam membina keluarga, sehingga kisahnya diabadikan oleh Allah swt dalam Al-Qur'an, agar mamou ditauladani, khususnya Pendidikan dalam keluarga. dimana setiap
tahunya selalu diingat dan di rayakan, namun sering kali terlupakan.
Oleh sebab itu, marilah kita bersama
merenungi (mentadaburi), belajar dan mentauladani kisah nabi Ibrahim dari Nabi
Islami as. agar kita mampu mengambil
pelajaran dalam membina putra / anak
keturunan yang senantiasa patuh dan sholih.
Nabi Ibrahim AS selain
sebagai rasul juga merupakan sosok ayah yang mampu menjadi tauladan dan kebanggaan
bagi putranya, bagaimana kisahnya?
Lama Nabi Ibrahim mengharapkan kehadiran seorang anak dari Rahim istri beliau, Siti Sarah. namun tidak
diberikan anugrah oleh Allah swt. Akhirnya, atas izin Siti Sarah. Beliau
menikah dengan seorang budak, Wanita sholihah, berakhlaq mulia yang bernama Siti Hajar. Dari Siti Hajar inilah. Nabi Ibrahim as mendapatkan putra pertama yang Bernama Nabi
Ismail as.
Dalam kisahnya, bahwa Saat
istri beliau (Siti Hajar) sedang mengandung, Nabi Ibrahim senantiasa memohon
kepada Allah agar diberikan karunia anak yang sholih sebagaimana dalam QS.
As-Saffat Ayat 100
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ
Artinya
: "Dia berdoa kepada Allah, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak
yang termasuk golongan orang yang saleh dan taat menjalankan perintah-Mu dan
membela agama-Mu.”
Di Saat Nabiyullah Ismail as telah lahir,
beliau menempatkan istri dan anak beliau di tempat yang tepat agar kelak
ia tumbuh menjadi pribadi yang kokoh-kuat dalam ketauhidan serta berakhlaqul
karimah dengan melaksanakan Sholat. Dimana saat itu Nabi Ibrahim menempatkan istri beserta putra beliau Nabi
Ismail, yang masih belia. Ditempatkan di tempat yang awalnya tandus, kering
tanpa penghuni yakni baitullah. Sebagaimana dalam QS Ibrahim [14]: 37 :
رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى
بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ
فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ
لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Artinya: Ya Tuhan kami, sesungguhnya
aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai
tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami
(yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari
buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Peristiwa
agung, yang sampai saat ini diingat dan menjadi Syariat, dimana Nabi Ibrahim AS
sungguh aman santun dalam bertutur kata (Komunikasi) dengan Nabi Ismail,
demokratis dalam mengambil sikap saat mendapatkan ujian, yakni saat
penyampaian kabar perintah penyembelihan putra tercinta, Nabi Ismail AS. Dan
sunggung menakjubkan jawaban Nabi Ismail atas perintah penyembelihan tersebut. peristiwa
yang mengharukan itu, diabadikan oleh Allah swt dalam Q.S As-Saffat Ayat 102
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ
إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ
يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai
(pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Nabi Ibrahim, Nabi Ibrahim berkata:
"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Setelah Nabi Ismail
mulai mengerti dan beranjak besar, Nabi Ibrahim AS, tidak hanya mengajarkan
Akhlaq dan Aqidah pada Nabi Ismail dengan tutur kata, namun belau juga memberikan
tauladan berupa perilaku yang baik (uswah Hasanah) pada putra beliau,
bahkan kepada kita,sebagaimana firman Allah swt dalam QS Al-Mumtahanah Ayat 6 :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ ۚ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ
ٱللَّهَ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ
Artinya: Sesungguhnya
pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu)
bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari
Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang
Maha kaya lagi Maha Terpuji.
Tidak hanya berupa tutur kata, uswah hasanah, Nabi Ibrahim
dalam melaksanakan perintah Allah swt. Termasuk dalam menjalankan amal-amal
kebaikan. Nabi Ibrahim As senantiasa menyertai-membersamai Nabi Ismail AS seraya berdoa memohon kebaikan-kebaikan
kepada Allah swt. sebagaimana saat nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail membangun
pondasi ka’bah. Yang kemudian diabadaikan dalam QS . Al-Baqarah ayat 127
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَٰهِۦمُ ٱلْقَوَاعِدَ مِنَ ٱلْبَيْتِ وَإِسْمَٰعِيلُ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa):
"Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"
Dalam waktu-waktu tertentu, Nabi Ibrahimpun senantiasa
mendoakan kebaikan untuk anak keturunan beliau, agar senantiasa diberikan
petunjuk oleh Allah swt menjalankan amal ibadah yang benar, dengan menyerahkan
sepenuhnya akan masa depan dzurriyah (keturunan) beliau kepada Allah swt
(Tawakkal), sebagaimana QS. Al-Baqarah 128
رَبَّنَا وَٱجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ
لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ
عَلَيْنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
Artinya: Ya Tuhan kami, jadikanlah
kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara
anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada
kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Dalam kehidupan sehari-hari, nabi Ibrahim AS senantiasa
memberikan nasihat-nasihat, washoya-washoya kepada putra-putra beliau. Agar
mereka teguh dan kuat menjalankan agama Allah swt. Sebagaimana dalan QS.
Al-Baqarah 132 ;
وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِۦمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَٰبَنِىَّ
إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Artinya: “Dan
Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub.
(Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
Dalam
beberapa kisah Nabi Ibrahim tersebut, dapat kita ambil ibrah, terutama dalam
membina keluarga;
- Dalam menentukan
pasangan, utamakan pasangan yang memiliki akhlaq mulia serta Aqidah yang kuat.
- Senantiasa memohon tanpa
putus-asa kepada Allah swt agar diberikan karunia anak yang sholih-sholihah.
- Menjaga komunikasi yang
baik dan bersikap demokratis pada anak.
- Menjadi tauladan yang
baik bagi keluarga, baik berupa ucapan, maupun
perbuatan.
- Tidak hanya mengharap
kebaikan pada anak dalam menjalani kehidupan, tapi memohon perlindungan agar
dikuatkan agama dan aqidahnya pada keturunan-keturunan kita juga sangat penting
untuk senantiasa dilakukan, terutama setelah sholat.
Semoga dengan
tulisan ini mampu memberikan manfaat dan maslahat bagi kita semua khususnya bagi
penulis dalam mendidik anak, dan semoga putra-putra kita serta anak keturunan
kita menjadi anak-anak yanga sholih-sholihah, anak yang senantisa menyertai,
membimbing kita disaat kita sudah berusia senja bahkan saat sakaratul maut kita
dituntun anak-anak kita dengan mengucapkan kalimat thoyibah, Laailaaha Illah
hingga kita Kembali kepada Allah dalam keadaan husnul Khotimah, Amiin
Allohumma Amiin.