PERGURUAN SURYA BUANA DALAM MENYONGSONG ERA INDUSTRI 4.0
Ahmad Zain Fuad,S.Si,.S.Pd.,M.Pd.*
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri (QS. Ar-Ra’d:11).
Era Industri 4.0
Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur. Lee et al (2013) menjelaskan, industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor: 1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas; 2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis; 3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan 4) perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing. Lifter dan Tschiener (2013) menambahkan, prinsip dasar industri 4.0 adalah penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem, dengan menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara mandiri. Hermann et al (2016) menambahkan, ada empat desain prinsip industri 4.0. Pertama, interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP). Prinsip ini membutuhkan kolaborasi, keamanan, dan standar. Kedua, transparansi informasi merupakan kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor termasuk analisis data dan penyediaan informasi. Ketiga, bantuan teknis yang meliputi; (a) kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan menggabungkan dan mengevaluasi informasi secara sadar untuk membuat keputusan yang tepat dan memecahkan masalah mendesak dalam waktu singkat; (b) kemampuan sistem untuk mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas yang tidak menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak aman; (c) meliputi bantuan visual dan fisik. Keempat, keputusan terdesentralisasi yang merupakan kemampuan sistem fisik maya untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan tugas seefektif mungkin.
Dengan berbagai kemajuanya, Era revolusi industri 4.0 menjadi tantangan berat bagi pendidikan, terutama guru sebagai ujung tombak pendidikan. Mengutip dari Jack Ma dalam pertemuan tahunan World Economic Forum 2018, tantang besar di era ini adalah Pendidikan. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar-mengajar, 30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar. Pendidikan dan pembelajaran yang syarat dengan muatan pengetahuan dan mengesampingkan muatan sikap serta keterampilan sebagaimana saat ini, kelak akan menghasilkan peserta didik yang tidak mampu berkompetisi dengan mesin. Dominasi pengetahuan dalam pendidikan dan pembelajaran harus diubah agar kelak anak-anak mampu mengungguli kecerdasan mesin sekaligus mampu bersikap bijak dalam menggunakan mesin untuk kemaslahatan.
Perpaduan antara sikap (akhlaq), keterampilan dan pengetahuan dengan di padu kemampuan berkompetisi dengan mesin menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh pendidikan. Jika guru dalam proses pembelajaran mengutamakan kompetensi penggunaan perangkat mesin dengan mengesampingkan kompetensi berakhlaq mulia, maka ruh pendidikan akan sirna, karena ruh pendidikan pada prinsipnya adalah adanya perubahan akhlaq yang lebih baik.
Dalam berbagai literature filsafat dikemukakan, pendidikan adalah proses humanisasi, memanusiakan manusia. Hingga pada uraian ini, Erich Fromm mengungkapkan kekhawatirannya terhadap terhadap apa yang disebut dengan masyarakat teknologis lewat bukunya, The Revolution Hope. DandDi era Revolusi Industri 4.0 inilah akan memunculkan masyarakat teknoligis. Bahkan fromm menyampaikan “Momok itu bukanlah bahaya laten komunisme, bukanlah fasisme, tetapi masyarakat yang telah menjadi mesin (a completely mecahnise society) yang mendewakan produksi maksimal dan konsumsi maksimal dibawah pimpinan computer. Dalam konteks masyarakat teknologis ini tentu bukan zamanya lagi kalau proses pembelajaran lebih mengandalkan resitasi dan berpusat pada guru. Begitu cepatnya sistem informasi sehingga beberapa aktivitas konvensional guru,terutama bekaitan penyampaian ilmu mulai terdisrupsi.
Masyakat teknologis kehadiranya tidak bisa dihindarkan. Meski demikian, humanisasi terhadap masyakat teknologis, tegas fromm, adalah sebuah keharusan agar manusia tetap dalam bingkai kemanusiaanya. Dalam konteks pendidikan, secanggih apapun instrumen teknologisnya, pendidikan tidak boleh mengingkari filosofinya sebagai praksis manusia (Pemanusiaan). Berdasarkan data filosofi tersebut, haidar menyampaikan dalam memulihkan sekolah, memulihkan manusia (2019), praksis pendidikan harus tetap terarah kepada dimensi manusia yang terdalam, jiwa dan hati.
Perguruan Surya Buana dalam Menyongsong era Industri 4.0
Sebagai sekolah umum yang berbasis agama , tentu akan selalu siap menyongsong sebuah perubahan. Perubahan itu sunnatullah, namun perubahan itu harus kita “jemput” dan kita pelajari sehingga menjadi ilmu baru yang bisa di kolaborasikan dalam kegiatan harian, Budaya Mutu Sekolah.
Perubahan yang saat ini kita hadapi adalah era Industri 4.0. dimana tantangan terberat kita adalah bagaimana pendidikan yang diberikan kepada masyarakat benar-benar membawa makna sekaligus sebagai bekal para siswa dalam mengadapi zamanya dan era pada masa depanya kelak. Dalam proses pembelajaranya, para siswa sudah tidak lagi gaptek teknologi, wifi, laboratorium komputer sekolah senantiasa tersedia sebagai bahan pembelajaran agar siswa mampu dengan mudah menyerap ilmu pengetahuan berbasis teknologi dengan media kekinian, tentu semua itu dilaksanakan dengan bimbingan guru. Penanaman akhlaq dalam bermedia online, berperilaku sehari-hari, memaknai pelajaran-pelajaran non agama menjadi pelajaran yang penuh sarat makna agama, serta memaknai kehidupan dan permasalahan sehari-hari menjadi sebuah nilai makna yang penuh hikmah, rangkaian kegiatan ini terangkum dalam Kegiatan Pembinaan Motivasi Akhlaq Pagi (MAP), Kisah Inspiratif, dll. Pesantren Sabtu-Ahad (Petuah), Bina Tahfidz dan baca Tulis Al-Qur’an (BTQ). semua kegiatan ini senantiasa dilaksanakan secara terukur, terstruktur serta berkelanjutan.
Bagi kami, yang terpenting dalam menghadapi era ini adalah menumbahkan kesadaran dalam diri bagaimana seseorang itu harus bersikap menghadapi zamanya. Penumbuhan kesadaran ini tentunya harus dibekali dengan pupuk yang bagus berupa proses pembelajaran dan kegiatan di sekolah yang penuh makna dan nilai-nilai akhlaqul karimah. Karena sesungguhnya Inti dari risalah rasulullah saw adalah perbaikan nilai-nilai akhlaq dalam diri manusia, Innama bu’itstu liutammima makarimil akhlaq, sungguh aku di utus untuk menyempurnakan akhlaq.
Selain sistem pendidikan didalamnya (Budaya Sekolah), Guru juga memberikan peran penting dalam menghadapai perubahan zaman. Guru sebagai seorang yang berilmu menjadi tumpuhan utama dalam membina siswa, guru juga sebagai makhluq Allah swt yang dianugrahi ilmu untuk diajarkan kepada manusia haruslah benar-benar mampu menjadi tauladan bagi siswa, terutama dalam berakhlaq mulia, jika guru hanya mengandalkan ilmu dalam mentrasfer ilmu tanpa tauladan, maka tidak ada bedanya guru dengan robot (mesin), bisa jadi secara teknis pentransferan ilmu pengetahuan, guru akan mudah dikalahkan oleh mesin searching google, atau media online yang lain. Namun mesin-mesin tidak mampu memberikan transfer ilmu hikmah serta perubahan akhlaqul karimah, bahkan tidak akan mampu menyentuh ranah Humanis dalam diri manusia. Oleh sebab itu, adanya Pembinaan rutin, pelatihan, workshop serta penilaian bulanan guru senantiasa dilaksnakan secara rutin, khusus penilaian berkala kepada bapak-ibu guru dan karyawan sudah diberlakukan berupa raport bulanan, guru dan karyawan setiap akhir bulan akan menerima raport bulanan dari kepala sekolah yang selanjutnya akan menjadi bahan evaluasi Yayasan dalam menentukan kebijakan peningkatan Sumber Daya Pendidik dan Tenaga Kependidikan di lingkungan Perguruan Surya Buana Malang. semoga dengan raport bulanan guru dan karyawan ini akan mampu meningkatkan kesadaran yang tinggi dalam diri guru dan karyawan perguruan Surya Buana, sekaligus sebagai bahan evaluasi peningkatan mutu pelayanan pendidikan kepada masyarakat, khususnya siswa-siswi, dan wali siswa Perguruan Surya Buana Malang.
*Penulis adalah direktur bagian kurikulum dan QA, Kepala Sekolah SMA Surya Buana, dan Kepala PPM Surya Buana Malang.