Mei 2017 - kangzainfuad.com expr:class='data:blog.pageType' itemscope='itemscope' itemtype='https://schema.org/WebPage'>

Rabu, 31 Mei 2017

Memahamkan HIKMAH puasa pada anak

Memahamkan HIKMAH puasa pada anak

Ayah...
Kenapa kita berpuasa?
Padahal puasa itukan menyakiti diri sendiri?
tidak makan dan minum.
.
Anakku...
Puasa itu ibadah nak,
Ibadah yang WAJIB dilakukan oleh HAMBA yang beriman.
.
Maksudnya apa yah?
.
Anakku..
Semua benda dirumah pasti ada yang membuatnya? Lemari, kursi,dll.
.
Iya ayah..
.
Pasti yang membuat lemari dan kursi itu LEBIH NGERTI cara merawat lemari dan kursi daripada yang hanya memakai lemari dan kursi.
.
Iya ayah...
.
Nahh..
Begitupula dengan puasa..
Allah swt yang menciptakan kita, jadi sebagai HAMBA hanya melaksanakan kewajiban. Dan yang PASTI ada KEBAIKAN-KEBAIKAN (hikmah) bagi hamba yang berpuasa.
.
Kembali ke pertanyaan kakak,
Kakak betul, puasa itu memang terasa sakit (menyakiti) dan perih namun dibalik rasa sakit dan perih itu ada rasa CINTA yang tidak mampu engkau pahami nak.
.
Cinta itu sebagaimana AYAH dan Bunda mencintai kakak, setiap waktu menjaga kakak tiada henti.
.
seperti saat ini, walaupun ayah sakit, ayah akan menjaga dan mendampingi kakak tiada jenuh, bundapun akan tetap menemani dan melayani kakak.
.
Anakku..
Dengan berpuasa, KITA AKAN semakin di cinta oleh ALLAH SWT, Orang yang dicinta oleh Allah swt AKAN tampak dalam keseharianya, senantiasa MENCINTAI SEMUA MAKHLUQNYA.
.
Mereka akan iba melihat Makhluq-Nya disakiti tanpa arti,
.
ANAKKU..
hamba yang dicintai ALLAH SWT itu hatinya akan rindu kepada Allah swt.
Kerinduan itu aka diwujudkan dengan beribadah sungguh-sungguh, ikhlas karena Allah swt semata.
=======

Anakku..
Terimakasih engkau telah memberikan banyak arti bagi ayah untuk memahami arti hidup.
Semoga engkau segera diberikan kesembuhan Oleh Allah swt.

#Washoya

Selasa, 30 Mei 2017

RAWATLAH TRADISI ISLAMI DI NEGERI INI

RAWATLAH TRADISI ISLAMI DI NEGERI INI

Ayah...
Kok aneh, hari ini di perumahan kita rame...
Bapak-bapak dan teman-teman kumpul, tidak seperti biasa sepi.

Ini Mushollanya dihias-hias juga...

Kakak senang?

Senang yah...
Teman-teman juga senang.

Bapak-bapak,ibu-ibu semua kumpul jadi satu.

Kerja bakti bersih-bersih bareng, menghias mushalla, bersedakah,dan banyak lagi. Senang pokoknya, luthfi senang.

Anakku..
Inilah ISLAM kita nak,
Rasulullah mengajarkan kepada kita agar senang dengan datangnya bulan Ramadlan.
.
Banyak cara seseorang mengungkapkan Rasa senang, termasuk yang sudah kita lakukan.
.
Anakku..
ISLAM yang mengajarkan kebersamaan.
Kerukunan pada sesama, saling mengasihi dan menyayangi walau kita berbeda.
Inilah kak, ajaran para ulama kita yang merintis Islam di negeri ini.
.
Semua dilaksanakan karena kita mau menyambut bulan Ramadlan, Tamu Agung yang harus kita sambut dengan suka-gembira.
.
Barakah menyambut Bulan Ramadlan dapat kakak Rasakan bukan?

Iya ayah...
Perumahan kita jadi ramai, bapak/ibu kumpul (yang biasanya sibuk kerja), sholat di mushallanya tadi juga penuh dan semua teman-teman bergembira.
.
Semoga selama Bulan Ramadlan Mushalla kita juga ramai, ramai Sholat Jama'ah dan tadarus Al-Qur'an.

#washoya
Jadikan Al-Qur'an Pedoman Hidupmu

Jadikan Al-Qur'an Pedoman Hidupmu

Anaku..
Di bulan Ramadlan ini Allah swt menurunkan Al-Quran.
.
Al-Quran, berisi firman_firman Allah swt yang isinya begitu sempurna, Menyangkut semua sendi kehidupan.
.
Kesempurnaan isi kandungan Al-Quran menyangkut apapun tergantung manusianya, mau digunakan pada keburukan atau kebaikan, kebatilan atau kebenaran, merusak atau memelihara.
.
Al-Quran bisa mendatangkan kedamaian atau peperangan itu tergantung manusia yang menggunakanya.
.
Anakku..
Lihatlah, akhir-akhir ini banyak kita saksikan orang-orang menggunakan dalil Al-Quran, tapi untuk mencaci orang lain,
.
Menggunakan firman yang suci, tapi digunakan untuk menfonis dan menyesatkan orang lain.
.
Menggunakan kalam illahi, tapi digunakan untuk menghahalalkan darah lain.
.
Anakku..
Al-Quran diturunkan ke Bumi sebagai buku pedoman yang menunjukkan kita agar bisa memelihara semua ciptaan Allah di Bumi,
.
Agar kita mampu mengasihi pada yang lain,semua makhluq Allah swt.
.
Agar kita mampu menjaga hati dan gerak lahir sesuai dengan apa yang diinginkan sang Maha Pencipta Alam Semesta.
.
Agar kelak kita kembali kepada Allah swt dalam keadaan Husnul Khotimah.
.
Anakku..
Jadikanlah Al-Quran sebagai pedoman Hidupmu untuk menggapai kebahagaiaan Dunia-Akhirat.

#Washoya

Senin, 22 Mei 2017

MEGENGAN


KH A Mustofa Bisri mengatakan sekarang sedang ngetren orang pintar baru. Menurutnya, mereka memiliki setidaknya ada dua ciri. Pertama, setiap bebicara menuntut adanya dalil.  “Sedikit-sedikit ada dalilnya, bahkan menuntut untuk adanya perincian dalil, misalnya ayat berapa, surat berapa, apakah hadis shohih atau dhaif,” ujarnya.

Cari dalinya MEGENGAN? Ya nggak ada! Mereka berlagak ahlil dalil tapi tidak mampu mengimplementasikannya. Dianggapnya MEGENGAN itu sebuah fenomena dari masyarakat sesat karena dianggap tidak ada dalilnya.

Begitulah bedanya yang paling mencolok antara muslim TEKSTUALIS/LITERALIS dengan muslim NUSANTARA/KONTEKSTUALIS/SUBSTANSIALIS.

Muslim Nusantara justru pandai mengemas pesan-pesan wahyu yang bisa dikemas. MEGENGAN merupakan hasil kemasan dari pesan wahyu dalam Hadits :

من فرح بدخول رمضان حرم الله جسده على النار
(Man Faricha bi Dukhuuli Ramadlaana, Charromalloohu Jasadahuu 'alan Naari = "Barangsiapa yang bersukaria dalam menyonsong datangnya bulan Ramadlan, niscaya Allah haramkan jasadnya dari jilatan api neraka).

Pesan wahyu agar umat Islam bersukaria dalam menyongsong bulan Ramadlan itu oleh muslim Nusantara dikemas dalam bentuk tradisi MEGENGAN dengan agenda pokok :
- Bapak2 atau kaum laki-laki muslim kerja bakti bersih2 masjid/mushalla, makam, bahkan bersih2 kampung, dengan saling berucap : مرحبا يا رمضان (Marchabab Ya Romadloon = Selamat datang bulan Ramadlan). Ini sebagai tanda BERSUKARIA menyambut bulan Ramadlan sebagaimana ditekankan dalam Hadits tersebut di atas.

- Sedang ibu2 atau kaum wanita mulimah menyiapkan kue2 untuk diantar ke tetangga kanan kiri dengan berucap pula seperti yang diucapkan bapak2 tadi. Itu pun sebagai tanda BERSUKARIA menyongsong bulan Ramadlan. Ditambah lagi dengan antar kue2 ke tetangga kanan kiri. Bukankah itu shadaqah yang juga merupakan perintah agama?

Berarti kaum TEKSTUALIS itu hanya memahami pesan2 wahyu pada teks-teksnya saja, tanpa berkemampuan untuk mengimplementasikannya.

Jumat, 19 Mei 2017

PECINTA AL-QURAN

خيركم من تعلم القران وعلمه...
Para pecinta Al-Qur'an terutama para pengajar Al-Quran akan mengingat motivasi diatas.

Sebagai pengajar Al-Qur'an,
Sudah sewajarnya jika mereka akan senantiasa menghibahkan seluruh jiwa raganya untuk membumikan Al-Qur'an.

Setiap saat, mereka akan menjaga prilakunya ikhlas karena Allah swt karena dalam dirinya ada "sosok" agung yang harus dijaga, seakan Al-Qur'an menyatu dalam dirinya.

Maka tidak heran, jika beliau-beliau lebih memilih Mengajar Al-Quran sebagai Thoriqah (jalan) mereka mengenal sang pencipta,Allah swt.

Pagi,siang, sore bahkan dimalam hari para penempuh jalan Thoriqah ini seakan tiada waktu untuk menempah diri, kecuali di tengah malam atau disepertiga malam, mentadaburi apa-apa yang diajarkan kepada para santri. Didalami dan direnungkan takut apa yang di ajarkan kurang tepat atau bahkan salah.

Maka disaat yang lain terlelap dalam buaian mimpi, para pengajar Al-Quran akan menambah Ilmu, tentu bila ada kendala akan di gurukan kepada Ahli Al-Quran yang lebih 'Alim.

Al-Quran semakin didalami semakin Agung kandungan maknanya. Dan semakin kerdil kita dihadapan Allah Swt.

Berbagai Ilmu bila dijadikan alat mengkaji Al-Quran, Tak akan mampu mengungkap rahasia keilmiahan Al-Quran secara Hakiki.

Semoga para pembaca semua, termasuk saya pribadi dan keluarga senantiasa dikarunia waktu bisa istiqomah mengaji Al-Quran dan semoga kita semua kembali kepada Allah swt dalam keadaan husnul Khotimah bi barokatil Al-Quran.

Untuk para santriwan-santriwati dan Mahasantri, siswa-siswi semoga Ilmu kalian senantiasa manfaat, barakah dan hidup mulia bi barokatil qur'an.

Al-Fatihah..

Selasa, 16 Mei 2017

10 MANFAAT LAPAR MENURUT IMAM AL GHAZALI


Bagi kaum muslimin lapar dan dahaga merupakan salah satu sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena lapar merupakan wujud dari menghinakan nafsu. Sementara nafsu sendiri merupakan musuh yang paling berat bagi manusia.

Lapar yang dimaksudkan di sini tentunya lapar dalam mengerjakan ibadah puasa. Puasa adalah salah satu Rukun Islam yakni  puasa pada bulan Ramadan. Sementara puasa di bulan-bulan yang lain merupakan ibadah sunnat.

Maka dikatakan bahwa puasa merupakan salah satu cara untuk mengalahkan nafsu.
Sesuai dengan sabda Rasulullah Muhammad SAW SAW:
“Perangilah hawa nafsumu dengar lapar dan dahaga, karena sesungguhnya pahala semua itu sama dengan pahala jihad di jalan Allah, dan sesungguhnya tidak ada suatu amal pun yang dicitai Allah daripada lapar dan dahaga.”

Sejalan dengan itu, maka tersebutlah dalam sebuah kitab karangan Imam Al Ghazali diterangkan 10 manfaat menahan lapar dan dahaga, yaitu:

1. Menjernihkan hati, mencerdikkan otak, dan menerangi pengelihatan hati. Sedangkan kenyang menyebabkan kebebalan, membuat hati buta dan mempertebal asap di dalam otak menyerupai kemabukan sehingga memenuhi sumber-sumber pikiran.

Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Hidupkanlah hatimu dengan sedikit tertawa, sedikit kenyang, dan sucikanlah ia dengan lapar maka ia akan bersih dan menjadi lembut.”
“Barang siapa yang kenyang dan tidur maka keras membatu hatinya.”

Abu Sulaiman Ad-Darmi berkata:
“Tetaplah engkau pada lapar, karena sesungguhnya ia adalah menghinakan nafsu, melembutkan hati, dan medatangkan samawi.”

2. Kelembutan hati dan kejernihannya yang menyebabkan hati itu siap untuk menemukan kelezatan ketekunan dan pengaruh manfaat dari dzikir.

Abu Sulaiman Ad-Darmi berkata:
“Apabila hati itu lapar dan haus akan bersemangat dan lembut, dan apabila kenyang akan keras dan membatu.”

3. Merasa kalah dan hina, serta kehilangan kecongkakan, kegembiraan, dan mengkufurkan nikmat, yang semua ini menjadi penyebab penyimpangan dan kelalaian dari Allah SWT.

Perut dan farji merupakan sebuah pintu dari pintu neraka, dan pangkalnya adalah kenyang. Kehinaan dan kekalahan nafsu adalah merupakan sebuah pintu dari pintu surga, dan pangkalnya adalah lapar.

4. Tidak lupa bala Allah dan azab-Nya dan tidak lupa pemilik-pemilik bala. Karena sesungguhnya kenyang membuat lupa pada orang yang lapar dan lupa terhadap lapar itu sendiri.

5. Yang merupakan manfaat terbesar, yaitu mematahkan keinginan nafsu terhadap semua bentuk maksiat dan menguasai nafsu yang selalu mengajak kepada kejahatan. Karena sesungguhnya sumber-sumber maksiat itu adalah kesenangan nafsu dan kekuatan, sedangkan bahan dari kekuatan dan keinginan nafsu itu tidak lain hanyalah makanan-makanan ini.

Aisyah RA berkata:
“Bid’ah yang terjadi pertama kali sepeninggal Rasulullah SAW adalah kenyang. Sesungguhnya kamu itu kenyang perutnya menjadi liarlah nafsunya dalam menghadapi dunia ini.”

6. Menghalangi tidur dan melanggengkan jaga. Karena sesungguhnya orang yang kenyang akan banyak minum, dan orang yang banyak minum akan banyak tidurnyaa. Karena itulah sementara ulama berkata ketika telah dihidangkan makanan, “Hai murid-murid (peminat-peminat akhirat), janganlah kamu banyak makan, tentu kamu akan banyak minum, dan akhirnya akan banyak tidur, dan akhirnya mengalami kerugian yang banyak.”

7. Memudahkan ketekunan dalam beribadah, karena amalan menghalangi berbagai ibadah sebab dia memerlukan waktu yang digunakan makan. Bahkan kadang-kadang memerlukan waktu untuk  membeli makanan dan memasaknya, kemudian memerlukan waktu untuk mencuci tangan dan membersihkan sisa makanan yang ada di celah-celah gigi, akhirnya banyak sekali mondar-mandirnya ke tempat air minum karena banyak sekali minumnya.

8. Orang akan dapat mengambil manfaat dari sedikit makanan, kesehatan tubuh, dan selamat dari macam-macam penyakit.

9. Keringanan biaya hidup, adalah karena orang yang membiasakan makan sedikit, maka cukuplah sedikit harta baginya. sedangkan orang yang membiasakan kenyang maka perutnya menjadi pemilik pemberi hutang yang selalu akan menagihnya dan bertindak mencekik lehernya setiap hari. Perut itu selalu berkata: “ Apakah yang akan engkau makan hari ini?”

10. Memungkinkan orang untuk mengutamakan orang lain dan  bersedekah dengan makanan yang lebih kepada anak-anak yatim dan orang-orang yang miskin, lalu berada di bawah naungan sedekahnya kelak di hari kiamat, sebagaimana telah diterangkan di dalam hadis. Semua yang dimakannya simpanan kekayaannya adalah kakus dan semua yang disedekahkannya adalah pahala Allah SWT.

( Imam Al-Ghazali, “Rahasia Mengenal Nafsu dan Menjaganya” , hal 26-43 )

Senin, 15 Mei 2017

Kedua Orang Tua (Ayah dan Ibunda) Rasulullah Saw.


Berkata Imam Ibnu Hajar dalam kitab Syarh Hamaziah karya Imam Bushiri:
 لم تزل في الضمائر الكون تختا * ر لك الأمهات والأباء "Senantiasa dalam rahasia alam ini* engkau (nabi) selalu dipilihkan dari ibu ayah pilihan"  Alloh berfirman Allah ta'ala:
 وتقلُّبَك فى السَّاجدين "dan (melihat) perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud." (QS Asy-Syuara' [26]: 219).

Menurut salah satu penafsiran ayat tersebut, bahwa yang dimaksud dari ayat tersebut adalah pindahnya nur Muhammad dari orang yang sujud kepada orang yang sujud..

Ayat ini merupakan legalisasi bahwa garis keturunan nabi Muhammad s.a.w diwariskan dan diturunkan dengan jalur suci dari masing masing individu yang dipilih alloh s.w.t dari nabi adam. Dan sabda Nabi Muhammad Saw:
 (لمْ أَزَلْ أُنْقَلُ مِن الأَصْلَابِ الطّاهراتِ إلى الأَرحام الزَّكِيَّات) "Tiada henti-hentinya aku dipindah dari punggung-punggung yang suci ke rahim-rahim yang bersih."  Hadits ini merupakan pengejawantahan bahwasannya tidak ada sama sekali dari sekian banyak utusan nabi yang menyekutukan Allah Swt.
Dan garis keturunannya merupakan garis keturunan yang terpilih. Dan tidak ada dari datuk nabi Muhammad kecuali menjadi pemimpin di masanya seperti kata sebuah syair menyebutkan:
فألئك السادة لم ترى مثلهم * عين على متتابع الاحقاب زهر الوجوه كريمة احسابهم * يعطون سائلهم بغسر حساب Namun masih banyak orang yang salah faham dan mengatakan bahwa kedua orang tua nabi Muhammad s.a.w Ahli Neraka.
Dengan dalih bahwa mereka tidak mengucapkan dua kalimat syahadat selama hidupnya.

Al-Imam Abu Hanifah, ia mengutarakan bahwa semua para nabi itu maksum (terpelihara) dari hakikat kekufuran begitu pula segenap orang tuanya. Dari sini bisa disimpulkan, bahwa kelahiran para nabi harus dari kedua orang tua yang muslim atau matinya orang tua yang bukan muslim sebelum kelahiran mereka. Akan tetapi yang kedua ini, sangatlah langka ditemukan. Bahkan tidak mungkin dan tidak terjadi dikalangan orang tua perempuan (karena ia yang melahirkan).

Dikisahkan bahwa Nabiyulloh Adam dan Sayyidatuna Hawa melahirkan 40 anak dalam 20 kandungan (setiap lahir kembar) kecuali nabi "Tsis" karena Allah ingin menunjukkan karomah bagi Nabi Muhammad s.a.w dan kemudian sesaat sebelum wafat berpesan kepada anaknya agar tidak meletakkan Nur yang diwariskan ini kepada wanita sembarangan kecuali kepada yang suci.
Sebenarnya kalau kita kroscek ternyata hadits-hadits dijadikan tendensi sebagian orang yang apatis terhadap kedua orang tua Rasulullah, semuanya kurang relevan dan kontradiktif. Haditsnya-pun derajatnya 'ahad. Oleh karenanya, hadits tersebut tidak masuk dalam hal akidah atau yang berhubungan dengan kepercayaan. sebab dalam hal akidah atau kepercayaan yg dipakai adalah hadits mutawatir.

Ayo kita lawan Wahhabi yg mencederai keagungan Nabi Muhammad SAW.
Hentikan berita viral tak berujung, men-daur dan men-tasalsulo

Hentikan berita viral tak berujung, men-daur dan men-tasalsulo

Orang sehebat apapun akan hilang ditelan waktu bila dia tidak menulis. Kunci dari menulis adalah mengamati tidak hanya dengan mata tetapi juga dengan hati.

Pembaca pun harus cermat mensikapi berita, apakah layak menjadi berita berkah ataukah berita sampah. Paling tidak harus ada 5W1H; •Who •What •Where •When •Why •How
Who is it about? = tentang siapa?
What happened? = apa yang terjadi?
Where did it take place? = dimana peristiwa terjadi?
When did it take place? = kapan peristiwa terjadi?
Why did it happen? = mengapa hal itu terjadi?
How did it happen? = bagaimana hal itu terjadi?

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
Cukup seseorang itu dikatakan pendusta jika ia mudah menyebarkan setiap berita yang ia dengar.

التَّأَنَّي مَنَ اللَّهِ، وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
Sikap tenang itu dari Allah Azza wa Jalla, sedangkan sikap tergesa-gesa adalah dari setan.

Dalam suatu riwayat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak menyerang orang-orang kafir Quraisy di Makkah. Akan tetapi berita ini dibocorkan oleh Hathib bin Abi Balta’ah radhiyallahu ‘anhu, secara sembunyi-sembunyi melalui surat yang ia tulis.

Surat itu sampai di tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Beliau memanggilnya dan bertanya-tanya kepadanya, “Kenapa kau lakukan ini, wahai Hathib?”. Di sini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tergesa-gesa menghukumnya atau langsung membunuhnya disebabkan perbuatan kufur tersebut. Akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan terlebih dahulu sebab yang melatarbelakangi perbuatannya itu.
Kemudian Hathib radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Wahai Rasulullah, meskipun aku dekat dengan mereka tapi aku bukan dari mereka. Aku melakukan ini bukan karena aku benci dan keluar dari Islam, akan tetapi aku meninggalkan kerabatku di Makkah. Aku tidak ingin kalau mereka di sakiti oleh orang-orang Quraisy. Aku lakukan ini agar kerabat-kerabatku selamat dari gangguan mereka.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memakluminya. Tatkala Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu meminta izin kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memenggal kepala Hathib, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab.

إِنَّهُ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا، وَمَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَكُونَ قَدِ اطَّلَعَ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ : اعْمَلُوامَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ
Dia pernah ikut berjihad di Perang Badar, Wahai Umar!. Dan ketahuilah bahwa Allah ketika melihat para pasukan Perang Badar, Dia Azza wa Jalla berfirman, “Lakukanlah apa saja yang kalian mau, maka sesungguhnya Aku telah mengampuni dosa-dosa kalian”.

Semoga Allah  Azza wa Jalla senantiasa memberikan taufiq, hidayah dan i'ayah-Nya kepada kita semua, sehingga mampu menebarkan virus cinta di republik ini. Ikut serta meredam gejolak atas apa yang terjadi di Indonesia. Berkenaan dengan konstalasi politik, permasalahan sosial budaya, konflik di masyarakat dan rasa kebangsaan. Mendorong proses hukum berjalan dengan baik, dalam konsensus. Semua orang ingin ditoleransi, tetapi tidak mentoleransi yang intoleran. Jayalah negeriku Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika.

Sesungguhnya Allah telah menciptakan kita dalam keadaan sama, dari satu asal: Adam dan Hawâ'. Lalu kita dijadikan oleh Allah dengan keturunan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kita saling mengenal dan saling menolong. Sesungguhnya orang yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kita.

Pemerhati Sosial Media.
Ahmad Sulkhi
blog.dekalita.com

Minggu, 14 Mei 2017

NASEHAT YANG MENYEJUKKAN

Oleh : Emha Ainun Nadjib

Dalam suatu forum saya bertanya, ”Apakah anda punya tetangga ?”

Dijawab serentak, “Tentu punya”

“Punya istri enggak tetangga Anda ?”

“Yaa, punya doong”

“Pernah lihat kaki istri tetangga Anda itu ?”

“Secara khusus tak pernah melihat” kata hadirin di forum,

“Jari-jari kakinya lima atau tujuh ?”

“Tidak pernah memperhatikan”

“Body-nya sexy atau enggak ?”

Hadirin tertawa lepas.

Dan saya lanjutkan tanpa menunggu jawaban mereka,  “Sexy atau tidak bukan urusan kita, kan ?"

Tidak usah kita perhatikan, tak usah kita amati, tak usah kita dialogkan, diskusikan atau perdebatkan.
Biarkan saja.

Keyakinan keagamaan orang lain itu yaa ibarat istri orang lain.
Ndak usah diomong-omongkan, ndak usah dipersoalkan benar salahnya, mana yang lebih unggul atau apa pun.

Tentu, masing-masing suami punya penilaian bahwa istrinya begini begitu dibanding istri tetangganya, tapi cukuplah disimpan di dalam hati.

Bagi orang non-Islam, agama Islam itu salah.
Dan itulah sebabnya ia menjadi orang non-Islam.

Kalau dia beranggapan atau meyakini bahwa Islam itu benar, ngapain dia jadi non-Islam ?

Demikian juga, bagi orang Islam, agama lain itu salah.

Justru berdasar itulah maka ia menjadi orang Islam.

Tapi, sebagaimana istri tetangga.  Itu disimpan saja di dalam hati, jangan diungkapkan, diperbandingkan atau
dijadikan bahan seminar atau pertengkaran.

Biarlah setiap orang memilih istri sendiri-sendiri dan jagalah kemerdekaan masing-masing orang untuk menghormati dan mencintai istrinya masing-masing, tak usah rewel bahwa istri kita lebih mancung hidungnya karena Bapaknya dulu sunatnya pakai calak dan tidak pakai dokter, umpamanya.

Dengan kata yang lebih jelas, teologi agama-agama tak usah dipertengkarkan, biarkan masing-masing pada keyakinannya.

Sementara itu orang muslim yang mau melahirkan padahal motornya gembos, silahkan pinjam motor tetangganya yang beragama Katolik untuk mengantar istrinya ke rumah sakit.

Atau Pak Pastor yang sebelah sana karena baju misanya kehujanan, padahal waktunya mendesak, ia boleh pinjam baju koko tetangganya yang NU mau pun yang Muhamadiyah.

Atau ada orang Hindu kerjasama bikin warung soto dengan tetangga Budha, kemudian bareng-bareng bawa colt bak ke pasar dengan tetangga Protestan untuk kulakan bahan-bahan jualannya.

Tetangga-tetangga berbagai pemeluk agama, warga berbagai parpol, golongan, aliran, kelompok atau apa pun, silakan bekerja sama di bidang usaha perekonomian, sosial,
kebudayaan, sambil saling melindungi koridor teologi masing-masing.

Bisa memperbaiki pagar bersama-sama, bisa gugur gunung membersihi kampung, bisa pergi mancing bareng, bisa main gaple dan remi bersama.

Bisa ngumpul nge WA, BB-an & Facebookan,.. & media sosial lainnya,.. bersama.

Tidak ada masalah lurahnya Muslim, cariknya Katolik, kamituwonya Hindu, kebayannya Gatholoco atau apa pun.

Jangankan kerja sama dengan sesama manusia, sedangkan dengan kerbau dan sapi pun kita bekerja sama nyąngkul dan olah sawah.

Itulah lingkaran tulus hati dengan hati.

Semoga... kita makin sadar akan pentingnya Toleransi... Solidaritas & Kerukunan.
Bahwa semuanya itu indah nan Fitri... !!!


Damai dihati...
Damai di bumi...

JIKA KAMI KEHILANGANMU

Mbak Najwa Shihab bertanya kepada GusMus dan Habib Quraish :
"Bagaimana jika nanti kami kehilangan anda berdua ? "saya tidak bisa membayangkan bagaimana nanti ditinggal abi (Habib Quraish) dan abah (GusMus), bagaimana jika anda berdua tidak ada, siapa yang meneruskan ? Bagaimana nanti kami-kami ini ?" tanya Najwa dengan terisak.
Sebagai seorang jurnalis yang terkenal tajam dan konfrontatif dalam bertanya, Najwa kali ini lain. Dia bukan Najwa si jurnalis lugas dan tajam, melainkan Najwa si putri kecil yang khawatir, selayaknya seorang anak yang takut ditinggal mati orang tuanya. Suasana mendadak senyap.

Habib Quraish dan GusMus terdiam cukup lama sebelum menjawab pertanyaan itu. GusMus akhirnya menjawab dengan yakin : "Tidak perlu khawatir, banyak tokoh-tokoh muda yang akan lebih mumpuni (dari beliau berdua) dan akan menyesuaikan zamannya. Hanya tinggal menunggu waktunya saja anak-anak muda ini muncul kepermukaan. Wong maut itu kepastian. Dawuh GusMus, kita biasa sajalah dalam menghadapi segala sesuatunya. Termasuk dalam beragama. kita sudah diperingatkan, kita ini hidup di zaman yang brengsek, karna sebaik-baik zaman adalah zaman Nabi (beneran, GusMus pakai istilah zaman brengsek) maka kita harus banyak-banyak bersyukur, dan merasa beruntung masih diberi iman di zaman brengsek.
Habib Quraish pun demikian. Tidak ada alasan bagi kita untuk bersedih sepeninggal beliau berdua. Beliau Dawuh : "kita semua manusia, pasti merasakan kehilangan. Kalau bukan kita yang pergi, pasti dia yang pergi. Akan tetapi, yang pergi bukan hilang. Pada hakikatnya ia pasti menanti kita untuk bertemu kembali di Shirath...."  beliau juga menyambung dengan bahasan istilah Shirath al-mustaqim. Shirath ini, bagi Habib, adalah jalan besar. Lain hal nya sabil. Karna sabil adalah jalan kecil. Di dunia ini kita menempuh sabil masing-masing, jalan-jalan kecil. Jika kita konsisten menempuh sabil ini, pada akhirnya nanti akan bersama-sama bertemu kembali di Shirath."

Sungguh menyejukkan kalam Ulama yang benar Ulama
Moga beliau² di sehatkan selalu...

Sabtu, 13 Mei 2017

PENTINGNYA CINTA TANAH AIR


Pada dasarnya setiap manusia itu memiliki kecintaan kepada tanah airnya sehingga ia merasa nyaman menetap di dalamnya, selalu merindukannya ketika jauh darinya, mempertahankannya ketika diserang dan akan marah ketika tanah airnya dicela. Dengan demikian mencintai tanah air adalah sudah menjadi tabiat dasar manusia.

Kenapa di daerah-daerah timur tengah sering terjadi peperangan antar kelompok?
Salah satunya adalah minimnya mereka akan rasa cinta pada tanah air dan minimnya cinta terhadap sebangsa setanah air. Di dalam diri mereka lebih mengutamakan cinta golongan daripada mendahulukan cinta pada sebangsa dan setanah airnya.

"Cinta pada tanah air dan bangsa PILAR UTAMA DAMAINYA SEBUAH NEGARA".


#NASIONALISME RASULULLAH

Rasulullah SAW sendiri pernah mengekspresikan kecintaanya kepada Mekah sebagai tempat kelahirannya. Hal ini bisa kita lihat dalam penuturan Ibnu Abbas RA yang diriwayatkan dari Ibnu Hibban berikut ini:

‎عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ، مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ

Artinya, “Dari Ibnu Abbas RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Alangkah baiknya engkau sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu,” (HR Ibnu Hibban).

Di samping Mekah, Madinah adalah juga merupakan tanah air Rasulullah SAW. Di situlah beliau menetap serta mengembangkan dakwah Islamnya setelah terusir dari Mekah.

Di Madinah Rasulullah SAW berhasil dengan baik membentuk komunitas Madinah dengan ditandai lahirnya watsiqah madinah atau yang biasa disebut oleh kita dengan nama Piagam Madinah.

Kecintaan Rasulullah SAW terhadap Madinah juga tak terelakkan. Karenanya, ketika pulang dari bepergian, Beliau memandangi dinding Madinah kemudian memacu kendarannya dengan cepat. Hal ini dilakukan karena kecintaannya kepada Madinah.

‎عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدْرَانِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ رَاحِلَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا

Artinya, “Dari Anas RA bahwa Nabi SAW apabila kembali dari berpergian, beliau melihat dinding kota Madinah, maka lantas mempercepat ontanya. Jika di atas atas kendaraan lain (seperti bagal atau kuda, pen) maka beliau menggerak-gerakannya karena kecintaanya kepada Madinah,” (HR Bukhari).

Apa yang dilakukan Rasulullah SAW ketika kembali dari bepergian, yaitu memandangi dinding Madinah dan memacu kendaraannya agar cepat sampai di Madinah sebagaimana dituturkan dalam riwayat Anas RA di atas, menurut keterangan dalam kitab Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari karya Ibnu Hajar Al-Asqalani menunjukkan atas keutamaan Madinah disyariatkannya cinta tanah air.

‎وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّةِ حُبِّ الْوَطَنِ وَالْحَنِينِ إِلَيْهِ

Artinya, “Hadits tersebut menunjukan keutamaan Madinah dan disyariatkannya mencitai tanah air serta merindukannya” (Lihat, Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari, Beirut, Darul Ma’rifah, 1379 H, juz III, halaman 621).

Dari penjelasan singkat ini maka setidaknya kita dapat menarik kesimpulan bahwa mencintai tanah air merupakan tabiat dasar manusia, di samping itu juga dianjurkan oleh syara` (agama) sebagaimana penjelasan dalam kitab karya Ibnu Hajar Al-Asqalani yang dikemukakan di atas.


#MEMBELA TANAH AIR

Membela tanah air dan mempertahankannya adalah seperti halnya mempertahankan keluarga dan harta benda yang kita miliki. Membela tanah air kita dan mempertahankannya dari upaya-upaya penghancuran dan kejahatan adalah bagian dari membela harta benda dan keluarga kita dari kedzaliman dan kejahatan. Hancurnya tanah air kita adalah hancurnya keluarga dan harta benda kita karena hilangnya rasa aman dan damai.

Dari Abdullah Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang terbunuh karena membela hartanya adalah mati syahid." Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i, dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi.

Orang yang tewas melindungi keselamatan hartanya mati syahid dan yang membela (kehormatan) keluarganya mati syahid dan membela dirinya (kehormatan dan jiwanya) juga mati syahid. (HR. Ahmad)

Jadi mencintai tanah air adalah merupakan upaya menjaga amanah Allah SWT atas negeri yang kita tinggali agar tidak terjadi kerusakan. Merusak negeri dan tanah air sendiri adalah bentuk kedurhakaan atas nikmat yang telah Allah amanahkan.

"lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu" [Al Fajr 12]

Allah membinasakan satu negeri, jika memang penduduk negeri tsb durhaka kepada Allah:

"Dan telah datang Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar" [Al Haaqqah 9]

"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. " [Al Israa' 16]

Sebaliknya Allah tidak akan membinasakan negeri yang penduduknya berbuat kebaikan:

"Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan." [Huud 117]

Mencintai tanah air bukan hanya karena tabiat, tetapi juga lahir dari bentuk dari keimanan kita. Karenanya, jika kita mendaku diri sebagai orang yang beriman, maka mencintai tanah air merupakan keniscayaan. Inilah makna penting pernyataan hubbul wathan minal iman (Cinta tanah air sebagian dari iman).

Konsekuensi, jika ada upaya dari pihak-pihak tertentu yang berupaya merongrong keutuhan NKRI, maka kita wajib untuk menentangnya sebagai bentuk keimanan kita. Tentunya dalam hal ini harus dengan cara-cara yang dibenarkan menurut aturan yang ada karena kita hidup dalam sebuah negara yang terikat dengan aturan yang dibuat oleh negara.

Marilah kita cintai negeri kita dengan terus merawat dan menjaganya dari setiap upaya yang dapat menghancurkannya. Harus kita tanamkan dan ajarkan kepada anak cucu generasi kita tentang "Hubbul wathon minal Iman" yang artinya Cinta Tanah Air adalah sebagian dari Iman.

Cintailah tanah airmu karena cinta Allah, karena dengan demikian itu adalah bagian dari Imanmu.

#HWMI
"Habaib"

"Habaib"


Penulis: Abdillah Toha

Beberapa waktu yang baru lalu ulama dan beberapa habaib ibukota berkumpul untuk memberikan dukungan kepada anggota DPRD DKI Mohamad Sanusi untuk maju sebagai calon Gubernur DKI. Dua minggu kemudian Sanusi tertangkap basah dan ditetapkan sebagai tersangka korupsi oleh KPK.

Sekelompok orang yang melibatkan beberapa habib di jajaran pimpinan dan anggotanya baru-baru ini mendatangi DPRD DKI agar menggelar sidang memecat Gubernur DKI dan mengancam “akan rame-rame membakar” gedung Balai Kota bila DPRD tidak bersidang. Ancaman begini bukan sekali dilontarkan oleh kelompok-kelompok seperti ini.

Di Jawa Timur ada juga habib, ketua sebuah yayasan, yang obsesinya setiap hari dari pagi sampai malam memecah belah umat dengan menyerang penganut mazhab dan aliran tertentu. Inilah orang yang mengimpor kekacauan di Timur Tengah ke negeri kita. Di media sosial kita baca belum lama ini dia mengaku bahkan bangga menerima bantuan dana  dari Saudi Arabia, tempat asal mazhab Wahabi, guna mendukung kiprahnya.

Inilah contoh beberapa habib masa kini yang mendapat perhatian luas dari media massa. Perilakunya sangat memprihatinkan serta menimbulkan kegelisahan dan merugikan nama Islam sebagai agama yang dipeluk oleh mayoritas di sini.

Gelar habib ini belakangan banyak dilekatkan pada keturunan Imam Ahmad bin Isa Almuhajir dari Hadaramaut yang mempunyai nasab langsung sampai kepada Fatimah putri Rasulullah SAW dan ayahnya Muhammad SAW. Di Indonesia mereka dikenal sebagai marga Alawiyun.

Sebelum ini, keluarga Alawiyun lebih sering disebut sebagai Sayid sedang gelar habib yang berarti kekasih, dahulu hanya disandang dan diberikan oleh pengikutnya kepada orang-orang yang dianggap sebagai panutan dan telah mencapai maqam keagamaan tertentu. Entah bagaimana pada masa ini setiap anggota marga Alawi atau Ba-alawi menyandang gelar habib dan dianggap sebagai orang yang ilmu agamanya tinggi.

Habaib (jamak habib) adalah manusia biasa. Ada yang baik dan ada yang buruk perilakunya. Tetapi ketika gelar itu disandang kemana-mana, maka risiko terbesar adalah generalisasi masyarakat awam atas tindak tanduk mereka yang menyimpang.

Menyimpang? Ya, menyimpang, karena contoh kiprah habaib di atas jelas bukan teladan yang baik. Habaib pendahulu telah banyak dikenal di negeri ini dengan pengaruh yang luas berkat perilaku yang lembut, tulus dan ikhlas, serta dilandasi ilmu yang benar dan akhlak yang mulia.

Pada akhir masa penjajahan Belanda dan awal kemerdekaan ada paling tidak 3 habib yang dikenal di Jakarta, yakni Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi Kwitang, Habib Ali bin Husin Alatas Bungur, dan Habib Salim bin Jindan. Inilah orang-orang saleh yang hidupnya didedikasikan sepenuhnya untuk dakwah tanpa pamrih dengan sukses luar biasa mencapai puluhan ribu pengikut yang menjadi muridnya.

Menurut Muhammad Asad, penulis lebih dari 20 buku yang terbit di Timur Tengah dan yang puluhan tahun mengenal Habib Ali Alhabsyi Kwitang, bahwa majelis taklim Habib Ali dapat bertahan selama lebih dari satu abad karena inti ajaran Islam yang disuguhkannya berlandaskan tauhid, kemurnian iman, solidaritas sosial, serta akhlakul karimah. Dia juga menjelaskan bahwa ajaran dakwah Habib Ali berupa pelatihan kebersihan jiwa, tasauf mu’tabarah dan dialog antara makhluk dengan al-Khalik serta antara sesama mahluk. Habib Ali tidak pernah mengajarkan ideologi kebencian, berpolitik, iri, dengki, ghibah, fitnah dan namimah. Sebaliknya, Habib Ali mengembangkan tradisi kakek-kakeknya dari keluarga Ahlul Bait yang intinya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, menghormati hak-hak setiap manusia tanpa membedakan manusia atas latarbelakang status sosial mereka.

Habib Ali bin Husin Alatas, seorang guru yang tawadhu’ dan sederhana, berhasil menciptakan murid-murid yang menjadi ulama besar seperti KH Abdullah Sjafi’ie, pimpinan majelis taklim Assyfi’iyah, KH Tohir Rohili, pimpinan majelis taklim Attahiriyah, KH Syafi’i Hadzami, dan puluhan ulama lainnya. Bahkan, para muridnya itu kemudian menjadi guru para mubaligh dan perguruan tinggi Islam. Dan masih banyak lagi habaib di kota-kota lain yang namanya harum sampai sekarang berkat perilakunya yang sangat Islami.

Dari banyak habaib Hadramaut beberapa abad lalu, yang pengaruhnya sangat luas di Nusantara ada paling sedikit dua nama. Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi yang buku mauludnya Simtuddrurar dibaca setiap malam jum’at di seantero Nusantara, dan Habib Abdullah bin Alawi Alhaddad dengan wirid dan ratibnya yang terkenal luas disini. Habib Abdullah Alhadad juga menulis puluhan buku yang bahkan sudah diterjemahkan ke dalam bahas-bahasa Barat sebagai bahan memepelajari sisi spiritual Islam.

Inilah manusia-manusia pilihan yang tutur bicaranya lemah lembut, dakwahnya merangkul semua pihak dan mengajak dengan penuh perdamaian. Bukan suara teriakan keras dan parau yang mengancam “lawan” dalam rangka amar makruf nahi munkar. Bukan gerombolan yang kerjanya menakut-nakuti lawan. Bukan provokator yang merangsang emosi negatif pengikutnya.

Habaib pendahulu tidak melibatkan diri dalam politik dan tidak mendatangi penguasa untuk mencari restunya. Sebaliknya penguasalah yang mendatangi mereka untuk mendapatkan bimbingan. Bila ada dari keluarga Alawiyun yang masuk ke ranah politik, maka mereka tidak melakukannya dengan menyandang gelar habib atau menyeret nama agamanya ke dalam lumpur politik.

Para habaib pendahulu mengutamakan kebersihan moral dan semua upaya mareka dibimbing oleh tasauf Imam Besar al-Ghazali yang menjadi salah satu dasar dari tarekat yang dikenal sebagi Tariqah Alawiyah.

Apalagi yang dipakai sebagai dasar tuntunan habaib pendahulu kita kalau bukan Rasul SAW yang diutus oleh Allah semata-mata untuk menyempurnakan akhlak. Inilah Nabi terakhir yang dengan akhlaknya berhasil membuat Islam berkembang menjadi agama dengan satu setengah milyar pemeluk saat ini. Inilah utusan Allah yang tutur bicaranya lembut dan mengatakan bahwa esensi dari agama Islam adalah akhlak. Akhlak Walisongo dan dai pendahulu lainnya pulalah yang berhasil mengislamkan Nusantara tanpa kekerasan. (Baca juga: Berbagai Makna Tasawuf menurut Ulama dan Sufi)

Lalu dari mana sebagian habib di zaman modern saat ini menyandarkan perilakunya? Siapa yang ditiru dan dijadikan contoh teladan dalam kiprahnya? Sadarkah mereka tanggung jawab besar yang dipikulnya dengan menyandang gelar habib? Akan dibawa kemana umat ini bila di satu sisi ulama dan habaib menjual diri kepada kekuasaan dan di sisi lain melampiaskan nafsu amarahnya sebagai bagian yang mereka klaim jihad dan melawan munkar?

Alhamdulillah kita harus bersyukur masih lebih banyak habib yang baik dan mengikuti cara-cara yang diamanahkan oleh para pendahulu. Namun demikian, suara orang-orang baik ini tenggelam di bawah teriakan dan vokalnya suara-suara keras dan militan yang lebih banyak mendapat perhatian media. Orang-orang baik ini dimana-mana cenderung untuk diam dan tidak berhasrat untuk membuat gaduh. Anggap saja tulisan pendek ini sebagai mewakili suara mereka yang diam. Semoga Allah memberikan hidayahnya kepada kita semua.

Ad Placement