Silaturahmi Bani Musthofa Ke-15: Merawat Sunnah, Merajut Generasi, dan Melanjutkan Khidmah - kangzainfuad.com

Selasa, 30 Desember 2025

Silaturahmi Bani Musthofa Ke-15: Merawat Sunnah, Merajut Generasi, dan Melanjutkan Khidmah

Di tengah derasnya arus zaman yang kerap mengikis ikatan kekerabatan, ada sebuah tradisi yang teguh bertahan dan justru semakin bermakna: Silaturahmi Tiga Tahunan Keluarga Besar Bani Musthofa. Berkumpulnya ratusan sanak saudara dari berbagai penjuru pada Ahad, 28 Desember 2025 di Pondok Pesantren Darul Ma’arif, Payaman, Solokuro, Lamongan, bukan sekadar acara temu keluarga biasa. Ia adalah sebuah mozaik hidup yang memadukan amaliah sunnah, pendidikan karakter lintas generasi, dan refleksi atas warisan khidmah yang telah mengalir puluhan tahun.

 Dzurriyah Lintas Generasi : Doa' bersama untuk Al-marhum-Al-Marhumah seluruh Keluarga Besar Bani Musthofa Lamongan Jawa Timur

Lebih dari Sekadar Kumpul-Kumpul: Menyambung yang Ilahi dan yang Insani

Dalam ajaran Islam, silaturahmi memiliki kedudukan yang sangat agung. Ia adalah perintah yang menyatu dengan ketakwaan. Allah SWT berfirman, "Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi." (QS. An-Nisa': 1). Kata "al-arham" (rahim, tali kekeluargaan) dalam ayat ini ditempatkan berdampingan dengan nama Allah, seolah mengisyaratkan bahwa menyambung hubungan darah berarti juga menghormati sebuah ikatan yang bersifat Ilahiah.

Rasulullah SAW pun menjanjikan keberkahan duniawi yang nyata bagi mereka yang memeliharanya. Sabda beliau, "Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (HR. Bukhari & Muslim). Namun, bagi keluarga Bani Musthofa, silaturahmi ini memiliki dimensi yang lebih dalam dari sekadar harapan akan kelapangan rezeki. Ia adalah "wasilah" atau sarana vital untuk memperkuat fondasi ukhuwah islamiyah yang dimulai dari lingkaran terkecil: keluarga.

Acara yang dikelola secara apik oleh Forum Komunikasi dan Shilaturohim Bani Musthofa (FOKUS BAMUS) ini menjadi ruang di mana anak-anak menyaksikan langsung betapa orang tua mereka menghormati paman, bibi, dan sepupu yang jauh. Di sini, nilai-nilai sopan santun, penghormatan kepada yang lebih tua, dan rasa memiliki terhadap satu garis keturunan diajarkan bukan melalui teori, melainkan melalui praktik langsung. Mereka belajar bahwa "keluarga" itu melampaui batas rumah tangga inti mereka.

Generasi Penerus di Bawah Bayang-Bayang Leluhur

Tidak bisa dipungkiri, semangat silaturahmi Bani Musthofa berakar dari sosok pendirinya, Mbah Musthofa. Sebagai seorang tokoh panutan dan pendiri pesantren di wilayah pantura Lamongan, beliau mewariskan bukan hanya nama, tetapi sebuah etos khidmah (pengabdian) kepada agama dan masyarakat. Warisan ini yang menjadi benang merah yang menyatukan keragaman profesi dan domisili keturunannya.

Meski hidup tersebar di tengah masyarakat yang heterogen, banyak dari anak-cucu Bani Musthofa yang melanjutkan estafet perjuangan itu. Mereka berkhidmat sebagai kyai, nyai, ustadz, pengelola pesantren, dan aktivis di berbagai lembaga pendidikan Islam. Pertemuan tiga tahunan ini, dengan demikian, juga berfungsi sebagai "gelanggang pewarisan nilai". Para sesepuh bercerita, generasi tengah berbagi pengalaman, sementara generasi muda menyerap semangat itu. Mereka diingatkan bahwa nama yang mereka sandang membawa tanggung jawab moral untuk terus berkontribusi positif, di mana pun mereka berada.

Acara ini menjadi pengingat kolektif: keberadaan mereka hari ini adalah buah dari akar yang ditanam dengan tulus oleh leluhur. Sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim menguatkan spirit ini, di mana silaturahmi digambarkan sebagai entitas yang bergantung di 'Arsy Allah, seraya berkata, "Siapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan siapa yang memutuskanku, maka Allah akan memutuskannya."

Memaknai Tradisi di Era Modern: Antara Nostalgia dan Masa Depan

Di era digital di mana komunikasi seringkali menjadi dangkal dan individualistis, kehadiran fisik dalam silaturahmi seperti ini adalah sebuah penegasan. Ia adalah pemberontakan terhadap keterpisahan. Berjabat tangan, bertatap muka, mendengar langsung cerita dan tawa, adalah nutrisi jiwa yang tak tergantikan oleh grup WhatsApp atau unggahan media sosial mana pun.

Agenda rutin Bani Musthofa ini menunjukkan bahwa tradisi bukanlah sesuatu yang kuno dan usang. Justru, tradisi yang berdasar pada nilai agama yang kuat adalah benteng ketahanan sosial. Ia menjaga identitas keluarga, memupuk rasa saling mendukung, dan menciptakan sistem jaringan sosial yang sehat dan penuh barakah.

Kesimpulannya, Silaturahmi Tiga Tahunan Bani Musthofa adalah sebuah living tradition (tradisi hidup) yang multi-dimensional. Ia sekaligus menjadi: ibadah sunnah, sekolah karakter bagi generasi muda, sarana revitalisasi komitmen khidmah, dan investasi sosial-budaya yang menjaga keutuhan keluarga besar. Ia membuktikan bahwa menyambung tali silaturahmi adalah cara paling elegan untuk menghormati masa lalu, menghidupkan masa kini, dan menyiapkan fondasi yang kokoh untuk masa depan keluarga dan masyarakat yang lebih luas. Inilah sunnah Nabi yang diamalkan, bukan hanya diucapkan.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda